CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 18 Desember 2013

HIKMAH HARI INI

PESAN HIKMAH HARI INI 1. Apabila anda berada pada pagi hari, jangan menunggu datangnya waktu sore. Hiduplah dalam batasan hari ini saja. Curahkan perhatian anda untuk memperbaiki hari ini. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut: "Ketika kamu di sore hari, jangan mengharap untuk melihat esok pagi, dan ketika anda di pagi hari jangan mengharap untuk melihat sore hari."(Al-Bukhari) 2. Lupakan masa lalu dan semua yang pernah terjadi, karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat dan selesai merupakan kebodohon. 3. Biarkan masa depan datang dengan sendirinya. Jangan mencemaskan hari esok, kerana jika anda telah memperbaiki hari ini, pastilah hari esok akan baik pula. 4. Jangan mudah tergoncang pada kritikan. Jadilah orang yang teguh pendirian dan sadarilah bahwa kritikan itu akan mengangkat harga diri Anda setara dengan kritikan tersebut. 5. Yakinlah kepada Allah SWT dan berbuat baik; kedua hal itu adalah resep agar hidup anda

Selasa, 17 Desember 2013

TIPS MENINGKATKAN IQ, SQ, dan EQ

TIPS MENINGKATKAN IQ, SQ DAN EQ A. IQ (Kecerdasan Intelektual) IQ atau Kecerdasan Intelektual adalah ukuran kemampuan, analisis, logika dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Berikut adalah Tips Untuk meningkatkan IQ (Kecerdasan Intektual) yaitu : 1. Makan secara teratur, serta makan makanan yang banyak mengandung nutrisi untuk kesehatan otak. 2. Istirahat cukup. 3. Motivasi diri untuk selalu optimis dan hilankan rasa malas. 4. Selalu berpikir positif. 5. Kembangkan keterampilan otak dengan kegiatan Puzzle, tebak kata, teka0teki sialng, dan lain-lain. 6. Batasi waktu yang tidak berguna, misalnya bermain secra berlebih. B. SQ (Kecerdasan Spiritual) SQ atau Kecerdasan Spiritual adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi makan pada apa yang dihadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki fleksibilitas dalam menghadapi persoalan di masyarakat. Berikut adalah tips untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) yaitu : 1. Seringlah melakukan mawas diri dan perenungan mengenai diri sendiri, kaitan hubungan dengan orang lain, serta peristiwa yang dihadapi. 2. Kenali tujuan, tanggung jawab, dan kewajiban hidup kita. 3. Tumbuhkan kepedulian, kasih sayang, dan kedamaian. 4. Ambil hikmah dari segala perubahan di dalam kehidupan sebagai jalan untuk menungkatkan mutu kehidupan. 5. Kembnagkan tim kerja dan kemitraan yang saling asah-asih-asuh. 6. Belajar mempunyai rasa rendah hati di hadapan Tuhan dan sesame manusia. C. EQ (Kecerdasan Emosional) EQ atau Kecerdasan Emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi siri sendiri, serta kemampuan emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Berikut adalah Tips untuk meningkatkan kecedasa Emosional (EQ) yaitu : 1. Pahami dan rasakan perasaan diri sendiri. 2. Selalu mendidik diri agar dapat bertahan dalam situasi sulit. 3. Hadapi dunia luar tanpa rasa takut. 4. Berusaha untuk memecahkan masalah sendiri. 5. Tumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan. 6. Tanamkan rasa hormat pada orang lain, kerja sama dan semangat kerja tim. 7. Jangan menilai atau mengubah perasaan terlalu cepat. 8. Hubungkan perasaan dengan pikiran. Keterikatan IQ, SQ, dan EQ: Seseorang yang mempunyai kebermaknaan (SQ) yang tinggi mampu menyadarkan jiwa sepenuhnya berdasarkan makna yang diperoleh sehingga ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang (EQ) akan memberikan sinyal untuk menurunkan kerja simpatsi menjadi parasimpatis. Jika seseorang sudah tenang karena aliran darah sudah teratur, maka seseorang akan dapat berpikir secara optimal (IQ) sehingga lebih tepat mengambil keputusan. Manajemen diri untuk mengolah hati tidak cukup dengan IQ dan EQ saja, tetapi SQ juga sangat berperan dalam diri manusia sebagai pembimbingan kecerdasan lain. Orang sukses tidak hanya cukup dengan kecerdasan intelektual tetapi juga perlu kecerdasan emosional agar merasa gembira, dapat bekerja dengan orang lain, punya motivasi kerja, dan bertanggung jawab. Selain itu kecerdasan spiritual juga diperlukan agar merasa bertakwa, berbakti, dan mengabdi secara tulus, luhur, dan tanpa pamrih. Dikutip dari Buku Kreatif

Minggu, 15 Desember 2013

PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKHLAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan perilakunya, baik ia sebagai manusia yang beragama, maupun sebagai makhluk individu dan sosial. Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan manusia atas kemajuan yang dialaminya, ditandai dengan adanya kecenderungan menganggap bahwa satu-satunya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai material (Mustofa, 2010: 16-17). Kehancuran manusia yang dihadapi oleh Islam sejak lahirnya, sama keadaannya dengan kehancuran akhlak bangsa Romawi dan Persia, yang terkenal dengan ketinggian kebudayaan. Hal tersebut tidak memberikan jaminan untuk melakukan perbuatan yang manusiawi, kecuali jika manusia itu tetap melakukan petunjuk agamanya. Menghadapi keburukan akhlak harus disesuaikan dengan zamannya. Keburukan akhlak yang menggunakan sarana modern, harus juga memakai alat dan cara modern untuk mengatasinya. Tentu saja, normanya tetap berdasarkan ajaran agama, sedangkan tekhnik pendidikan dan penanggulangannya harus disesuaikan dengan bentuk penyimpangan yang dihadapinya. Maka, dapat dikatakan bahwa persoalan akhlak masa kini harus diatasi pula dengan tekhnik masa kini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Jelaskan mengenai akhlak pada masa Yunani? 2. Jelaskan mengenai akhlak pada masa abad pertengahan? 3. Jelaskan mengenai akhlak pada masa bangsa Arab? 4. Jelaskan mengenai akhlak pada masa abad modern? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk: 1. Mengetahui akhlak pada masa Yunani. 2. Mengetahui akhlak pada masa abad pertengahan. 3. Mengetahui akhlak pada masa bangsa Arab. 4. Mengetahui akhlak pada masa abad mod BAB II PEMBAHASAN 2.1 Akhlak Pada Masa Yunani Penyelidikan para ahli filsafat Yunani kuno tidak banyak memperhatikan pada akhlak, kebanyakan penyelidikannya mengenai alam. Sehingga datanglah Sophisticians, dia adalah orang bijaksana yang menjadi guru. Pikiran dan pendapat mereka berbeda, tetapi tujuan mereka dalah sama, yaitu menyiapakan angkatan muda bangsa Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka, serta mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya. Pandangan dalam kewajiban-kewajiban itu menimbulkan pandangan mengenai pokok-pokok akhlak, dan diikuti pula kecaman sebagian adat –adat lama dan pelajaran-pelajaran yang dilakukan oleh orang-orang dahulu. Hal tersebut membangkitkan kemarahan kaum kolot “Conservative”. Lalu, datanglah Plato, ia menentang dan mengecam mereka, ia menuduh bahwa mereka suka mempermainkan kata dan memutarbalikkan kenyataan. Sehingga mereka menjulukinya “Sophistry”, yang berarti memutar lidah dalam penyelidikan dan perdebatan. Kemudian, datanglah Socrates (469-399 SM) dengan menghadapkan penyelidikannya di dalam akhlak dan hubungan antar manusia. Dia tidak memperhatikan apa yang menjadi perhatian para ahli filsafat sebelumnya, yaitu menyelidiki kejadian alam dan benda-benda langit, karena menganggap bahwa penyelidikan dalam hal itu kurang berguna, dan seharusnya berpikir adalah perbuatan yang mengenai kehidupan. Socrates sebagai perintis ilmu akhlak, ia adalah orang pertama yang bersungguh-sungguh membentuk hubungan manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Ia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk hubungan itu tidak menjadi benar bila didasarkan kepada ilmu pengetahuan atau disebut juga “Keutamaan itu adalah Ilmu”. Adapun golongan yang lahir sesudah Socrates ialah “Cynics” dan “Cyrenics”, keduanya berasal dari pengikut Socrates. Cynics adalah pembangun paham Antisthenes (444-370 M). Diantara ajaran mereka adalah bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia ialah yang berperangai kepada akhlak ketuhanan. Dia menghinakan orang kaya, menjauhi segala kelezatan, tidak memperdulikan kemiskinan dan cercaan manusia, selama ia berpegang dengan keutamaan. . 2.2 Akhlak Pada Masa Abad Pertengahan Pada abad pertengahan, Gereja memerangi filsafat Yunani dan Romawi, menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang diperintahkan wahyu tentu benar, maka tidak ada artinya lagi untuk menyelidiki tentang kenyataan (hakikat) itu. Mempergunakan filsafat diperkenankan sekedarnya, untuk menguatkan keyakinan-keyakinan agama, batas-batasnya dan ketertibannya (Mustofa, 2010: 45-46). Setengah pemimpin-pemimpin agama menyelidiki filsafat Plato, Aristoteles, dan Scoits, untuk memeperkuat ajaran masehi dan mencocokannya dengan akal. Filsafat yang menentang ajaran Nasrani dibuang sejauh mungkin, dan banyak bapak-bapak Gereja dikatakan dikatakan sebagai ahli filsafat. Para ahli filsafat yang lahir pada masa ini filsafatnya berupa paduan dari ajaran Yunani dan ajaran Nasrani. Diantara mereka yang termasyhur adalah Abelard seorang ahli filsafat Perancis dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat agama dari bangsa Itali. 2.3 Akhlak Pada Masa Bangsa Arab Pada zaman jahiliah, bangsa Arab tidak mempunyai ahli-ahli filsafat yang mengajak kepada aliran pfaham tertentu. Pada waktu itu, bangsa Arab hanya mempunyai ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli-ahli syair, mereka memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong keutamaan dan menjauhkan dari kerendahan. Sebagaimana kita lihat dalam hikmat Luqman dan Aksham bin Shaifi, syair-syair Zuahir bin Abi Sulma dan Hatim al T hai (Mustofa, 2010: 46). Setelah datang agama Islam, ada ajakan agar orang-orang percaya bahwa Allah, sumber segala sesuatu diseluruh alam. Allah menjadikan manusia dalam bentuk susunan yang baik, dan mengadakan jalan yang harus ditempuh. Allah menetapkan juga beberapa keutamaan seperti benar dan adil, dan menjadikan kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di akhirat sebagai pahala bagi orang-orang yang mengikutinya. Demikian pula Allah menjadikan lawan keutamaan itu, seperti dusta dan kelaliman, larangan yang harus dijauhi, menjadikan kesengsaran di dunia dan siksa di akhirat sebagai hukuman bagi yang melakukannya. Adapun firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak” yaitu: a. Surat An-Nahl ayat 90, yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. b. Surat An-Nahl ayat 97, yang artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih dari apa yang telah mereka kerjakan”. c. Surat Al-Qashash ayat 77, yang artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “. Bangsa Arab masih sedikit yang menyelidiki akhlak berdasarkan ilmu pengetahuan. Karena mereka merasa puas mengambil akhlak dari agama, dan tidak merasa memerlukan kepada penyelidikan ilmiah mengenai dasar baik dan buruk. Karena agama adalah menjadi dasar kebanyakan buku-buku yang ditulis dalam akhlak, seperti yang terdapat dalam buku Al-Ghazali dan Al-Mawardi. Orang Arab yang melakukan penyelidikan tentang akhlak dengan dasar ilmu pengetahuan adalah Abu Nasr Al Farabi. Ia meninggal dunia pada tahun 339 H. Selain itu, ada juga Ikhwanus Sofa dan Abu Ali Ibnu Sina (370-428 H). Adapun yang mempelajari filsafat-filsafat Yunani, terutama pendapat-pendapat bangsa Arab yang terbesar mengenai akhlak adalah Ibnu Maskawaih. Ia meninggal pada tahun 421 H. Dia telah menyusun kitab yang berjudul Tahdzibul akhlak wa tathhirul a’raaq, mencampurkan ajaran Plato, Aristoteles, Galinus dengan ajaran-ajaran Islam. Akan tetapi, tidak banyak dari ulama Arab yang mengikuti jejak langkahnya (Mustofa, 2010:50). 2.4 Akhlak Pada Masa Abad Modern Pada pertengahan abad ke-15, mulailah para ahli pengetahuan mengembangkan filsafat Yunani kuno. Diantara yang mendapat kecaman dan penyelidikan ialah persoalan akhlak yang dibawa oleh bangsa Yunani dan bangsa-bangsa lain. Mereka suka menyelidiki akhlak menurut kenyataan dan tidak mengikuti gambaran-gambaran khayal, dan hendak melahirkan kekuatan yang ada pada manusi. Pandangan baru ini menghasilkan perubahan dalam menilai keutamaan. Keutamaan kedermawanan umpamanya tidak mempunyai lagi nilai yang tinggi sebagaimana pada abad-abad pertengahan, dan keadilan sosial menjadi bernilai dan tidak pernah terjadi pada masa lampau. Ahli filsafat Perancis yaitu Descartes termasuk pendiri filsafat baru dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia telah menciptakan dasar-dasar baru, diantaranya adalah: a. Tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan nyata adanya. Apa yang didasarkan kepada sangkaan serta yang tumbuh dari adat kebiasaan, wajib ditolak. b. Didalam penyelidikan harus kita mulai dari yang sekecil-kecilnya, yang semudah-mudahnya, lalu meningkat ke arah yang lebih banyak susunannya dan lebih dekat, sehingga tercapailah tujuannya. c. Wajib bagi kita jangan menetapkan suatu hukum akan kebenaran suatu soal, sehingga menyatakan dengan ujian. Descartes dan pengikut-pengikutnya suka kepada paham Stoics, dan selalu mempertinggi mutu pelajarannya. Sedangkan Gassendi, Hobbes, dan para pengikutnya suka kepada paham Epicuras dan giat menyiarkan aliran pahamnya. Kemudian, datang ahli baru, yaitu Shafesbury dan Hatshson, keduanya berkata bahwa didalam diri manusia ada indera yang dapat mengetahui baik dan buruk. Kemudian, lahir pula Bentham (1748-1832) dan Jhon Stuart Mill (1806-1873). Keduanya memindahkan paham Epicurus ke paham Utilitarianism, yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan hukum dan politik. Setelah itu, muncul Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903). Keduanya mencocokkan paham pertumbuhan dan peningkatan (evolution) atas akhlak. Para ahli ilmu pengetahuan bangsa Jerman yang mempunyai pengaruh besar dalam akhlak ialah Spinosa (1632-1677) dan Hegel (1770-1831) dan Kant (1724-1831). Adapun ahli akhlak yang terkenal dari Perancis ialah Cousin (1792-1867) dan August Comte (1798-1857). Sejak zaman Jhon Stuart Mill (1873) dan Spencer (1903) hingga sekarang, penyelidikan mengenai akhlak menjelaskan teori-teori tersebut, sehingga belum terdapat teori-teori baru. Akan tetapi, para ahli ilmu pengetahuan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperluas teori itu dan berusaha mengaplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. DAFTAR ISI Mustofa, HA. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

with my friends

Sabtu, 14 Desember 2013

~ :) ~

:: Makin sering mengingat-ingat dan menyebut-nyebut kebaikan kita, maka bersiaplah untuk kotor hati dan hilang pahalanya. Yang tepat, LAKUKAN & LUPAKAN. ::
 
Horizontal Resize - Hello Kitty